Jumat, 05 Januari 2018

Cara Mengatasi Hipotermia


Hipotermia termasuk kondisi kesehatan yang membutuhkan penanganan medis darurat. Keadaan ini terjadi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu normal yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35°C.

Saat temperatur tubuh berada jauh di bawah titik normal, sistem persarafan dan fungsi organ lain dalam tubuh akan mulai terganggu. Apabila tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan kegagalan sistem pernafasan dan sistem sirkulasi (jantung), dan akhirnya menyebabkan kematian.
Penyebab utama hipotermia adalah pajanan udara dingin. Sejumlah situasi yang berpotensi menyebabkan kondisi ini di antaranya adalah:
  • Tidak mengenakan pakaian yang tepat saat mendaki gunung.
  • Berada terlalu lama di tempat dingin.
  • Jatuh ke kolam.
  • Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu cukup lama.
  • Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah (khususnya bagi manula dan bayi).

Jenis-jenis Hipotermia

Berdasarkan tingkat kecepatan hilangnya panas pada tubuh, hipotermia dapat dibedakan menjadi:
  • Hipotermia akut atau imersi. Kondisi ini terjadi apabila seseorang kehilangan panas tubuh secara mendadak dan sangat cepat, contohnya saat seseorang jatuh ke kolam yang dingin.
  • Hipotermia akibat kelelahan. Pada kondisi yang terlalu lemah, tubuh tidak akan mampu menghasilkan panas, sehingga orang tersebut akan jatuh pada kondisi hipotermia.
  • Hipotermia kronis. Jenis ini terjadi bila panas tubuh menghilang secara perlahan. Kondisi ini umum terjadi pada lansia yang tinggal di ruangan dengan kehangatan yang kurang, atau pada tunawisma yang tidur di luar ruangan.

Faktor Risiko Hipotermia

Hipotermia dapat terjadi pada siapa saja, namun ada sejumlah faktor yang berpotensi meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini. Faktor-faktor tersebut meliputi:
  • Usia – bayi dan manula. Kemampuan untuk mengendalikan temperatur tubuh yang belum berkembang dengan sempurna pada bayi dan yang menurun pada manula. Anak-anak juga terkadang mengabaikan udara dingin karena terlalu asyik bermain.
  • Minuman keras dan obat-obatan terlarang. Alkohol dan obat-obatan terlarang dapat melebarkan pembuluh darah sehingga mempercepat dan meningkatkan pelepasan panas tubuh dari permukaan kulit. Kondisi mabuk atau teler dapat membuat seseorang tidak menyadari situasi dan cuaca dingin di sekitarnya.
  • Penyakit yang memengaruhi memori, misalnya penyakit alzheimer. Pengidap penyakit ini biasanya tidak sadar bahwa mereka sedang kedinginan atau tidak paham apa yang harus dilakukan.
  • Pengaruh penyakit tertentu. Ada beberapa penyakit yang dapat memengaruhi mekanisme pengendali suhu tubuh, misalnya anoreksia nervosa, stroke dan hipotiroidisme.
  • Obat-obatan tertentu, misalnya antidepresan, sedatif, serta analgesik opiat. Obat-obatan ini dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengendalikan temperatur.
  • Orang yang menghabiskan waktu lama di tempat yang dingin, misalnya pendaki gunung atau tunawisma.

Gejala-gejala Hipotermia

Gejala hipotermia sangat beragam dan terkadang sulit dikenali. Gejala yang muncul tergantung pada seberapa rendah suhu tubuh pengidapnya.
Bayi yang mengalami hipotermia bisa terlihat sehat, tapi kulitnya akan terasa dingin dan terlihat kemerahan. Bayi juga cenderung sangat diam, terlihat lemas, dan tidak mau menyusu atau makan.
Gejala-gejala hipotermia umumnya berkembang secara perlahan-lahan sehingga sering tidak disadari oleh pengidapnya. Orang yang mengalami hipotermia ringan akan menunjukkan gejala yang meliputi menggigil yang disertai rasa lelah, lemas, pusing, lapar, mual, kulit yang dingin atau pucat, dan napas yang cepat.
Jika suhu tubuh terus menurun hingga di bawah 32°C, tubuh pengidap hipotermia biasanya tidak bisa memicu respons menggigil lagi. Ini mengindikasikan tingkat keparahan hipotermia sudah memasuki tahap menengah hingga parah.
Pengidap serangan hipotermia tingkat menengah (suhu tubuh 28-32°C) akan mengalami gejala-gejala berupa:
  • Mengantuk atau lemas.
  • Bicara tidak jelas atau bergumam.
  • Linglung dan bingung.
  • Kehilangan akal sehat, misalnya membuka pakaian meski sedang kedinginan.
  • Sulit bergerak dan koordinasi tubuh yang menurun.
  • Napas yang pelan dan pendek.
  • Tingkat kesadaran yang terus menurun.
Apabila tidak segera ditangani, suhu tubuh akan makin menurun dan berpotensi memicu hiportemia yang parah dengan suhu tubuh 28°C ke bawah. Kondisi ini ditandai dengan gejala-gejala berikut:
  • Pingsan
  • Denyut nadi yang lemah, tidak teratur, atau bahkan sama sekali tidak ada denyut nadi.
  • Pupil mata yang melebar.
  • Napas yang pendek atau sama sekali tidak bernapas.
Jika anak atau ada anggota keluarga Anda yang mengalami gejala-gejala tersebut, bawalah secepatnya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan darurat.

Metode Pengobatan Hipotermia

Langkah utama dalam menangani hipotermia adalah dengan mencegah proses pelepasan panas tubuh dan menghangatkan tubuh pengidap secara perlahan-lahan.
Sebelum pengidap hipotermia menerima penanganan dari petugas medis profesional, ada sejumlah metode pertolongan darurat yang dapat Anda lakukan untuk membantu. Metode-metode tersebut meliputi:
  • Memantau pernapasan pengidap. Segera berikan napas buatan jika pengidap berhenti bernapas.
  • Perlakukan pengidap dengan hati-hati. Gerakan yang kasar atau berlebihan dapat memicu serangan jantung. Menggosok tangan atau kaki pengidap juga sebaiknya dihindari.
  • Pindahkan pengidap ke dalam ruangan atau tempat yang hangat jika memungkinkan. Tetapi jangan langsung memandikan pengidap dengan air hangat.
  • Lepaskan pakaian pengidap jika basah dan ganti dengan yang kering.
  • Tutupi tubuh pengidap (terutama bagian perut dan kepala) dengan selimut atau pakaian agar hangat.
  • Apabila Anda berada di luar ruangan atau di alam terbuka, lapisi tanah dengan selimut sebelum membaringkan pengidap.
  • Berbagi panas tubuh dengan pengidap, misalnya dengan memeluknya secara hati-hati. Kontak langsung dari kulit ke kulit akan lebih efektif.
  • Berikan minuman hangat jika pengidap masih sadar dan bisa menelan. Tetapi jangan memberi minuman yang mengandung alkohol atau kafein.
  • Gunakan handuk kering yang dihangatkan atau botol berisi air hangat untuk mengompres pengidap. Kompres ini sebaiknya diletakkan di leher, dada, atau selangkangan. Jangan meletakkannya di bagian kaki atau tangan karena dapat mendorong darah yang dingin untuk mengalir ke jantung, paru-paru, dan otak.
Setelah sampai di rumah sakit, pengidap hipotermia akan menerima serangkaian langkah penanganan medis. Pemilihan jenis penanganan akan tergantung pada tingkat keparahan hipotermia yang diderita pengidap. Beberapa jenis perawatan intensif yang biasanya dilakukan meliputi:
  • Mengeluarkan dan menghangatkan darah pasien, lalu kembali mengalirkannya ke dalam tubuh pasien. Proses ini dilakukan dengan mesin pintas jantung dan paru (CPB) atau mesin hemodialisis.
  • Menghangatkan saluran pernapasan dengan memberikan oksigen yang sudah dilembapkan dan dihangatkan melalui masker dan selang.
  • Memberikan infus berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.
  • Mengalirkan larutan yang hangat untuk melewati dan menghangatkan beberapa organ tubuh, misalnya sekitar paru-paru atau rongga perut.
Hipotermia yang tidak diobati dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, seperti radang beku atau frosbite serta gangren (jaringan yang membusuk akibat terhambatnya aliran darah), atau bahkan kematian.

Langkah Pencegahan Hipotermia

Hipotermia bisa dicegah. Langkah-langkah sederhana yang dapat Anda lakukan untuk menghindari hipotermia adalah:
  • Menjaga agar tubuh tetap kering. Segera ganti pakaian Anda yang basah karena akan menyerap panas tubuh Anda.
  • Kenakan pakaian yang sesuai dengan cuaca dan kegiatan, terutama bagi Anda yang gemar mendaki gunung atau berkemah di tempat yang dingin. Gunakanlah pakaian dari bahan yang dapat menjaga kehangatan tubuh sekaligus menyerap keringat, misalnya wol. Hindari pakaian berbahan katun. Gunakan jaket yang tahan angin dan air.
  • Jangan lupa untuk menggunakan topi, syal, sarung tangan, kaus kaki, serta sepatu bot.
  • Lakukan gerakan sederhana untuk menghangatkan tubuh, tapi jangan sampai berkeringat berlebihan. Jika terkena angin, baju yang basah karena keringat dapat menurunkan panas tubuh.
  • Sediakan minuman dan makanan hangat, tetapi hindari minuman yang mengandung alkohol atau kafein.
Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena serangan hipotermia dibandingkan orang dewasa. Karena itu, Anda perlu melakukan langkah-langkah pencegahan agar mereka terhindar dari hipotermia. Di antaranya adalah:
  • Berikan pakaian atau jaket tambahan agar lapisan perlindungan mereka lebih tebal.
  • Jangan biarkan bayi Anda tidur di ruangan dengan suhu terlalu dingin.
  • Jangan biarkan anak Anda bermain di luar saat hujan atau cuaca dingin. Segera bawa anak Anda masuk ketika mulai menggigil.
Menghindari dan membentengi diri dari udara dingin akan membantu kita untuk mencegah serangan hipotermia yang berpotensi fatal.
Disqus Comments